Laman

Rabu, 14 Maret 2012

Sebuah Renungan dan Bentuk Rasa Syukur kepada yang Maha Kuasa


Komunitas Anak Jalanan Yayasan Taruna Pertiwi, 
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Oleh : Kurniawan Teguh Waskito 

Kunjungan Pertama, 03 Maret 2012,
Pada hari Minggu, 04 Maret 2012 kita dari kelompok 10 yang terdiri dari saya sendiri kurniawan teguh waskito, Gary fajri garcia, dan kemal rahardian melakukan wawancara langsung dengan komunitas pengamen / anak jalanan tepatnya di daerah pasar minggu, Jakarta Selatan. Keempatnya tinggal di yayasan di dekat rel daerah pasar minggu.
Siang itu sekitar pukul 10.00 WIB, saya dan gary pergi ke Pasar Minggu dari Depok menggunakan Commuter Line, Kemal rahardian menyusul pada siang hari karna masih ada halangan. Sampai di Pasar Minggu kita berhenti sejenak dibawah jembatan layang untuk menunggu kira-kira siapa yang akan kita pilih untuk diwawancara, saya rasa banyak sekali di daerah Pasar Minggu kita bisa jumpai kaum marginal atau sering disebut orang terpinggirkan, dari mulai pedagang asongan, pengamen, pengemis, dll. Kami melihat seorang anak dengan gitar tampaknya seorang pengamen diseberang jalan, saat kami kejar eh anaknya menghilang di sela-sela angkot.
Ditengah teriknya matahari kami menunggu beberapa menit di tengah jalanan, sekitar sepuluh menit kemudian ada seorang anak jalanan masih kecil sekitar 9 tahun berjalan agak tergesa-gesa menyebrang jalan, ketika kami panggil ternyata dia mau makan ke yayasan, kita tidak jadi untuk mengajak ngobrol karena tampaknya anak tersebut tergesa-gesa untuk segera pulang. Kemudian kita duduk sejenak dipinggir jalan dan menunggu sekitar sepuluh menit. Akhirnya kita jumpai lagi seorang anak jalanan membawa gitar, eh ternyata anak itu yang tadi kita lihat, kebetulan anak tersebut berjalan menuju kami, kemudian saya panggil anaknya, dia bersama seorang anak yang lain yang juga membawa gitar. kemudian kami ajak ngobrol di sebuah warung sambil minum es jeruk dan makan gorengan. Setelah kami tanya namanya Nurkholiq ato sering dipanggil kholiq, Usia sekitar 14 tahun, Rumahnya di daerah cilebut Bogor. Sebenarnya kedua orang tuanya masih ada, tetapi memang keadaanya sangat tidak mampu sehingga terpaksa dia harus mengamen tiap harinya untuk mencari rupiah, Ibunya adalah ibu rumah tangga dan ayahnya seorang pemulung, Dia biasa mengamen dari pagi sampai sore dan pendapatannya rata-rata 20 ribu perhari, selain untuk jajan uang yang didapatnya juga ditabung untuk keperluan sewaktu-waktu yang mendesak, sedangkan untuk makan sehari-hari dia biasanya makan di yayasan. Dia sudah tidak sekolah, Pendidikannya hanya sampai SD kemudain putus sekolah karena tidak ada biaya untuk melanjutkan ke SMP. Sedangkan anak yang satunya dia bernama andi, sama-sama berasal dari cilebut, usianya sebaya dengan kholiq sekitar 14 tahun. Putus sekolah juga dan hanya sampai SD, ayahnya sudah meninggal dan ibunya menjadi pengemis di bogor. mereka berdua biasa ngamen di angkot jurusan pasar minggu-Depok. Tak selang berapa lama datang anak-anak yang lain, yang satu membawa gitar dan tampaknya sudah agak dewasa dan ada beberapa anak lainnya. Setelah kami tanya ternyata mereka baru saja dari yayasan dan baru bergegas untuk mengamen pada siang itu. Kami ajak mereka ngobrol diwarung dan ketika kami tawari makan ternyata mereka baru saja makan di yayasan. Kemudian kami tanya anak yang paling tua, dia bernama Ega usia 19 tahun, sudah lama jadi pengamen dari sejak umur 5 tahun. Sebenarnya dia berasal dari Cibinong Bogor, dulu dari kecil tinggal sama neneknya, tetapi sejak neneknya meninggal sewaktu akan masuk STM akhirnya dia putus sekolah. Dia belum lama tinggal di yayasan dan ngamen di angkot daerah pasar minggu. Sebelum masuk ke yayasan dia sudah lama ngamen di daerah pasar senen baru setelah ada teman yang mengajak ke pasar minggu akhirnya dia pindah. Untuk  Pendapatannya tiap hari biasanya sekitar 20-30 ribu, setelah saya tanya uang yang diperolehnya digunakan untuk apa dia jawab Cuma buat jajan aja, gak pernah ditabung untuk keperluan-keperluan lain ataupun rencana jangka panjang, tidak seperti si kholiq walaupun masih 14 tahun tapi dia udah memikirkan uang pendapatannya buat ditabung. Kemudian kami tanya anak yang satunya lagi dia bernama Ragil usia sekitar 16 tahun, asal dari klaten, Jawa Tengah. Dia terpaksa merantau sebatang kara ke ibukota karna ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi dan tidak mau bertanggung jawab karena menelantarkan begitu saja. Putus sekolah dan hanya sampai bangku SMP.
Setelah kami tanya-tanya lebih jauh mereka semua memang tinggal di yayasan disekitar rel di Pasar Minggu, di yayasan tersebut ada kegiatan belajarnya juga dan biasanya di Sore hari dari jam 3 sampe jam 5. Ada satu guru yang memberikan pelajaran tiap harinya, mereka belajar seadanya seperti disekolah pada umumnya. Selain itu untuk makan sehari-harinya gratis ditanggung yayasan.

 
Foto Kurniawan dan Gary bersama anak jalanan di sebuah warung dekat Pasar Minggu

 
Foto bersama tiga anak jalanan, dari kanan : Ragil, Andi, Ega
Kunjungan kedua, 10 maret 2012
Selang satu minggu dari kunjungan pertama dijalanan di daerah pasar minggu, kemudian pada hari sabtu, 10 maret 2012 kami berkunjung ke yayasan tempat mereka tinggal yang terletak tidak jauh dari jalanan tempat minggu lalu kita ngobrol yaitu di dekat stasiun pasar minggu. Yayasan tersebut bernama yayasan Taruna Pertiwi, tempatnya terletak di pekampungan yang cukup kumuh dan juga tidak terlalu luas dengan hanya beralaskan karpet menjadi tempat untuk sekitar 20 anak jalanan tidur dan beristirahat.
Ketika kami berkunjung kesana kami jumpai beberapa pengurus yayasannya, ada bang Ali Ambran. Dia menjelaskan semua tentang yayasan tersebut. Yayasan ini belum lama berdiri, usianya belum genap satu tahun. Baru resmi berdiri sejak Tanggal 22 Juni 2011, pada mulanya digagas oleh empat orang yaitu Bahtiar, Ali Amran, Muryadi, dan Rizky Oktaria yang saat ini menjadi pengurus tetap yayasan. Berdirinya yayasan tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinan dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama anak jalanan karena pengalaman Bang Ali Ambran sendiri yang dulunya juga pernah menjadi anak jalanan dan pernah terdampar di beberapa kota. Bang Ali Amran adalah seorang aktivis sosial, aktif di karang taruna di daerah pejaten timur, karena pengalamannya tersebut maka kemudian bersama-sama dengan beberapa teman lainnya mereka mendirikan yayasan tersebut dengan modal seadanya dan langkah awalnya adalah dengan menyewa sebuah rumah untuk dijadikan sekretariat dan rumah tinggal. Mereka menyewa sebuah rumah dengan harga sewa sebesar 10 juta untuk satu tahun. Kemudian untuk dana yayasan sendiri mereka masih mengandalkan sumbangan dari orang-orang dipasar minggu. Belum ada donatur tetap maupun donatur lainnya, sehingga masih belum bisa melakukan pengembangan fasilitas maupun yang lainnya. Untuk program jangka pendek yayasan tersebut adalah mendapatkan donatur dan melakukan kerjasama dengan dinas sosial daerah setempat, selain itu juga menambah program belajar untuk anak-anak maupun memasukkan anak-anak yang putus sekolah untuk melanjutkan kembali pendidikannya baik itu dari program pendidikan paket maupun sekolah umum, karena untuk pengajarnya sendiri hanya ada beberapa guru dan itupun tidak setiap waktu bisa datang. Untuk rencana jangka panjangnya adalah mendapatkan tempat yang layak dan milik sendiri, dan juga melakukan pelatihan ketrampilan seperti klub musik jalanan agar mereka bisa menyalurkan hobinya secara positif dan juga bisa mendapatkan hasil dari hobinya tersebut. Dengan bermusik tersebut mereka bisa pentas diberbagai event untuk mengisi acara.
Itulah beberapa penjelasan yang kita dapatkan dari hasil ngobrol kita, dan kita juga setuju bahwa yang terpenting dari itu semua adalah pembinaan secara positif dari pribadi anak jalanan tersebut untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik walaupun mereka biasa dengan kehidupan yang keras tetapi ada cara pendekatan yang lebih baik untuk bisa mengatur dan mendidik mereka semua.
Yayasan ini masih dalam proses perkembangan dan masih membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak untuk diharapkan bisa membantu kelangsungan yayasan ini, Kami juga sangat mengaharapkan ada pihak-pihak yang tergerak hatinya untuk memberikan bantuan, donasi dan lainnya kepada yayasan tersebut bisa menghubungi kontak dan tempat yang ada pada foto dibawah ini
Foto bagian depan Yayasan Taruna Pertiwi
Foto struktur kepengurusan Yayasan Tunas Pertiwi
Foto anak jalanan sedang berkumpul di yayasan
Foto Kurniawan dan Kemal bersama bang Ali (kedua dari kiri) dan anak jalanan di yayasan
Yah, banyak sekali cerita dan kisah-kisah yang kami peroleh dari kehidupan anak-anak jalanan tersebut, mereka datang dari permasalahan dan kesulitan sendiri-sendiri, tapi mereka tetaplah seorang anak manusia yang masih mempunyai hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan masa depan yang lebih baik, Karena bagaimanapun masa depan mereka masih sangatlah panjang, tetapi apakah masa depan yang panjang itu hanya menjadi sebuah kesusahan dan penderitaan yang tak berujung. Semoga masih ada hati nurani dari orang-orang yang sedang duduk di atas sana untuk lebih peduli pada mereka-mereka yang sangatlah membutuhkan.
Harusnya hal ini menjadikan kita makin bersyukur betapa beruntungnya kita bisa mendapatkan hal-hal yang sampai sejauh ini, pendidikan tinggi, hidup cukup, orang tua yang peduli. Sangatlah menjadi PR besar bagi bangsa ini sekarang dan masa depan untuk lebih peka terhadap kehidupan sosial kaum-kaum marginal yang menempati kuantitas terbesar dari jumlah penduduk Indonesia, hal inilah yang akan terus menjadi tolok ukur seberapa besar keterpurukan bangsa ini jika orang-orang miskin seperti ini tidak pernah mendapat penanganan serius dari pemerintah. Bukan hanya sibuk dengan urusan korupsi dll tapi, harusnya bagaimana agar orang-orang pinggiran miskin ini bisa diselesaikan permasalahannya.
Sebagai penutup kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dan ikut mengurusi yayasan taruna pertiwi ini dan juga donatur-donatur dari berbagai pihak, semoga masih banyak orang-orang yang peduli terhadao sesamanya seperti yang dilakukan beberapa rekan kita dengan ikut berkontribusi sosial terhadap kaum marginal seperti mereka, dan semoga niat baik dan ketulusan yang kita kerjakan akan mendapatkan balasan yang lebih besar dari Yang Maha Kuasa kelak. Amin
Sesungguhnya dibalik setiap kesusahan selalu ada kemudahan, dan Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya.
 
See this video :
 

Profil anak jalanan :
1.      Nurkholiq (kholiq) :
-          Usia : 14 tahun
-          Asal : Cilebut, Bogor
-          Sekolah  sampe SD
-          Kedua orang tua masih ada, pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga, ayah : Pemulung
-          Biasa bawa gitar pas ngamen
2.      Ragil :
-          Usia : 16 tahun
-          Asal : Klaten
-          Pendidikan : Putus sekolah sampe SMP
-          Terpaksa jadi pengamen setelah dikampung Ibunya meninggal waktu masih kecil, terus bapaknya nikah lagi dan gak mau tanggung jawab sama sama do’i, kemudian nekat merantau sebatang kara ke ibukota.
3.      Ega :
-          Usia : 19 tahun
-          Asal : Cibinong, bogor
-          Ngamen udah dari sejak 5 tahun
-          Kagak pernah tau sapa ortunya, dari kecil udah sama neneknya
-          Pendidikan : Cuma sampe SMP, waktu mau masuk STM neneknya meninggal jadi sekarang udah tinggal dijalanan

4.      Andi :
-          Usia : 14 tahun
-          Asal : Cilebut, Bogor
-          Temennya Kholiq
-          Biasa pegang gitar juga pas ngamen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar